OPINI

Menyalakan Kembali Semangat Sumpah Pemuda di Era yang Serba Terhubung

Oleh: Husni – Jurnalis Ciber dan Pemerhati Sosial


Setiap kali bulan Oktober tiba, saya selalu teringat pada satu peristiwa yang sederhana namun luar biasa, yaitu sumpah pemuda. Bayangkan, hampir seabad yang lalu, sekelompok anak muda dari berbagai daerah berkumpul di sebuah rumah sederhana di Jakarta. Mereka datang dengan logat berbeda, adat yang beragam, tapi satu hal menyatukan mereka, yaitu tekad untuk memanggil Indonesia menjadi nyata.

Hari ini, kita hidup di dunia yang jauh lebih mudah terhubung. Dengan satu sentuhan jari, kita bisa berbicara dengan siapa pun di seluruh penjuru negeri. Ironisnya, di tengah kemudahan itu, justru semakin sering kita merasa terpisah. Media sosial yang seharusnya mempererat persaudaraan, kadang malah menjadi ruang yang bising oleh kebencian dan perpecahan.

Di sinilah saya merasa, makna sumpah pemuda perlu kita hidupkan kembali, bukan dalam bentuk upacara, melainkan dalam sikap dan tindakan sehari-hari.

Persatuan yang Tak Sekadar Kata

Persatuan tidak lahir dari slogan yang diulang-ulang setiap tahun. Ia tumbuh dari kesediaan kita untuk memahami satu sama lain, dari kerendahan hati untuk menghargai perbedaan. Anak muda masa kini menghadapi “penjajahan” yang berbeda, bukan lagi penjajahan fisik, melainkan penjajahan pikiran: kemalasan berpikir kritis, ketergantungan pada validasi digital, dan rasa cepat menyerah pada keadaan.

Sumpah Pemuda mengajarkan bahwa kebersamaan tidak membutuhkan keseragaman. Justru, keberagamanlah yang menjadi kekuatan bangsa ini. Saya sering berpikir, kalau para pemuda 1928 saja bisa bersatu tanpa gawai, tanpa jaringan internet, mengapa kita yang hidup di zaman serba mudah justru sulit menjaga rasa sebangsa?

Menjadi Pemuda yang Menghubungkan, Bukan Memisahkan

Sebagai bagian dari generasi muda, saya percaya bahwa perjuangan hari ini bukan lagi mengangkat senjata, tetapi mengangkat kesadaran. Menjadi pemuda berarti berani berpikir jernih di tengah kebisingan, berani menolak narasi yang memecah, dan berani menyebarkan optimisme ketika banyak orang memilih sinisme.

Sumpah Pemuda adalah pengingat bahwa satu langkah kecil untuk bersatu bisa melahirkan perubahan besar bagi negeri. Mungkin sekarang bentuk perjuangan kita sederhana: saling menghormati di ruang digital, mendukung karya anak bangsa, atau menebar inspirasi lewat tulisan. Tapi justru dari hal-hal kecil seperti itulah semangat kebangsaan tumbuh dan menular.

Menghidupkan Janji Itu Kembali

Bagi saya, Sumpah Pemuda bukan sekadar sejarah, ia adalah pesan lintas generasi. Pesan bahwa Indonesia hanya akan kuat jika pemudanya mau bergandengan tangan, saling mendukung, dan tidak berhenti berharap. Kita tidak perlu menunggu momentum besar untuk membuktikan cinta pada negeri. Setiap tindakan positif, sekecil apa pun, adalah bentuk sumpah baru untuk menjaga Indonesia tetap utuh dan berharga.

Semoga di tengah derasnya arus globalisasi, kita tidak kehilangan arah. Semoga semangat “satu nusa, satu bangsa, satu bahasa” tidak hanya tinggal di buku teks sejarah, tetapi hidup di cara kita berbicara, berbuat, dan bermimpi untuk negeri ini.

Karena sejatinya, Sumpah Pemuda adalah api kecil yang harus terus dijaga agar Indonesia tetap menyala.

Muna, 27 Oktober 2025

 

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Close