DAERAH

Kerukunan Keluarga Wuna Gelar Musda Ke-3, Wadah Akselerasi Pengembangan Budaya di Sultra


Kendari, OborSejahtera.com – Kerukunan Keluarga Wuna (KK-Wuna) melaksanakan Musyawarah Daerah (Musda) ke-3 dalam rangka mempersiapkan pendirian lembaga budaya dan adat istiadat Muna, bertempat di hotel Claro Kendari, Minggu (31/10/2021).

Musda ini mengusung tema ‘Memasuki peradaban baru melalui penguatan kelembagaan budaya dan adat merangkai budaya Kaghati menuju warisan dunia untuk Wuna yang lebih baik’.

Acara Musda berlangsung sangat meriah karena dihadiri oleh ratusan peserta dengan melibatkan para tokoh Muna berlevel lokal, nasional dan Internasional yang berlangsung dengan metode hybrid (kombinasi Musda secara offline dan online).

Para tokoh-tokoh Muna berasal dari lintas kabupaten yang ada di Sultra yakni, Muna, Muna Barat, Konawe Utara, Konawe Selatan, lintas provinsi meliputi Jakarta, Batam, Bandung, Bogor, Makassar, Papua, Maluku, serta peserta yang hadir secara online dari luar negeri adalah pengacara internasional sekaligus Director Global Program Penn State Law, Pennsylvania, Amerika Serikat (AS), Sitti Nurlin, dan Dosen di Departement d’informatique et d’ing´enierie, Universite du Qu´ebec, Quebec, Kanada, Prof. Sarifuddin Madenda.

Ket. Foto: Musda Ke-3 KK-Wuna secara offline dan online.(Foto: Ist/net).

Ketua panitia Musda ke-3, Dr. La Nalefo, dalam laporan pembukaannya memaparkan spirit Musda adalah untuk merevitalisasi Kerukunan keluarga Wuna menjadi Kelembagaan Adat dan Budaya. Hal ini merupakan bagian dari penyesuaian terhadap UU No 5 Thn 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

“Dengan adanya sistem kelembagaan adat dan budaya maka segala aspek kehidupan budaya dapat dikembangkan secara dinamis dan adaptif sesuai kemajuan peradaban dunia, dimanapun dan kapanpun oleh masyarakat Muna termasuk di tanah leluhurnya di Pulau Muna. Singkatnya bahwa kelembagaan adat dan budaya yang mampu bertahan adalah kelembagaan yang dapat menyesuaikan diri dengan spirit zaman,” ucap La Nalefo.

Ditambahkan, selain itu maksud dari pencantuman kata “Kaghati Rookolope” dalam tema Musda ke-3 ini, menurut La Nalefo adalah salah satu upaya pelestarian budaya melalui program unggulan kebudayaan Muna untuk mendorong Kaghati RooKolope atau layang-layang paling tua di dunia yang dibuat sekitar lebih dari 11.000 tahun yang lalu dan terbuat dari daun Kolope/umbi hutan sebagai warisan budaya dunia.

Khagati RooKolope adalah sebuah layang-layang raksasa dengan tinggi lebih dari 505 sentimeter, telah berhasil meraih gelar juara dunia dalam festival layang-layang internasional bertajuk Berck Sur Mer di Perancis pada tahun 1997.

Kegiatan Musda ke-3 ini mendapat banyak apresiasi dan dukungan dari para tokoh nasional yang berasal dari Muna yaitu, mantan komisioner KPK, Dr. La Ode Syarif dan mantan komisioner Ombudsman, Dr. La Ode Ida, yang keduanya sangat berharap bahwa kehadiran lembaga adat dan budaya Muna kedepan dapat menjadi kebanggaan, pelestari adat dan budaya, media pemersatu dan silaturrahmi lintas generasi dari masyarakat Muna.

Selain itu kedua tokoh diatas, hadir pula tokoh Sulawesi Tenggara (Sultra) seperti Kadir Ole dan Prof Usman Rianse yang juga sependapat akan pentingnya lembaga adat ini dengan menyebut bahwa kelembagaan adat dan budaya yang akan didirikan oleh masyarakat Muna merupakan semangat baru untuk mewujudkan jati diri entitas Muna sebagai masyarakat berbudaya dan sarat dengan tata krama yang berintegritas.

Prof. Sarifuddin Madenda yang saat ini juga bertugas sebagai dosen di Doctoral Program bidang teknologi informasi, Universitas Gunadarma, Indonesia menyarankan perlunya ada kombinasi antara budaya dan teknologi informasi sehingga warisan budaya Muna dapat diakses oleh siapapun di dunia. Hal tersebut sejalan dengan pandangan Sitti Nurlin, pengacara internasional yang kini bermukim di Amerika Serikat yang menyarankan agar lembaga adat Muna ini dapat berkontribusi dalam menghimpun dan mempersatukan masyarakat Muna secara lebih luas di level internasional.

Sesepuh KK-WUNA, Prof. La Ode Abdur Rauf yang hadir dan memberi sambutan juga mendorong pentingnya menumbuhkan rasa percaya diri kepada masyarakat, semangat persatuan dan kebersamaan warga Muna untuk mendukung pembangunan di Sultra, yang diamini oleh ketua KK-WUNA Sultra, Drs. H. La Ode Khalifa, M.Si,

“Kami sangat berharap kehadiran lembaga adat dapat menjadi pendorong dan pengikat kebersamaan antar warga dan komunitas Muna dimanapun berada. Oleh karena itu, lembaga adat dan budaya Muna kedepan dipimpin oleh sosok yang dapat meluangkan waktu, fikiran dan tenaga untuk menjalankan organisasi baru ini kedepan” harap La Ode Khalifa.

Dalam Musda ke-3 KK-Wuna ini, bertindak sebagai ketua steering committee, Prof. Dr. Ir. H. Andi Bahrun, M.Sc.Agric dan Dr. Ir. La Panga, M. Si sebagai sekretarisnya.

Dalam arahannya, Prof. Andi Bahrun yang saat ini juga menjabat sebagai rektor Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) menekankan pentingnya Musda ini dalam penataan adat dan budaya Muna secara kelembagaan.

“Pentingnya semangat berorganisasi dan partisipasi aktif pengurus kedepan agar lembaga adat dan budaya Muna dapat turut mengakselerasi pengembangan budaya yang ada di Sultra,” ucap Prof. Andi Bahrun.

Pakar budaya nasional, Prof. La Niampe sebagai nara sumber dengan judul Implementasi Kelembagaan Adat dan Budaya dari UU No 5 Thn 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan menekankan, aspek budaya yang perlu diperhatikan oleh lembaga adat dan budaya Muna saat didirikan.

“Budaya dan adat tidak mengenal batas administrasi. Maksudya adalah budaya Muna tidak dapat dibatasi hanya untuk kabupaten/kota atau provinsi tertentu sehingga lembaga adat ini dapat mengakomodir implementasi budaya Muna lintas provinsi alias dapat berlaku secara nasional,” jelas Prof. La Niampe.

Adapun agenda utama dalam Musda ini adalah pembahasan rancangan tata tertib persidangan dipimpin oleh Dr. Bahtiar. Pembahasan draf Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) serta pemilihan Formatur Kepengurusan Lembaga Adat Muna dipimpin oleh Kadir Ole.

Musda ini menghasilkan kesepakatan penyusunan tim perumus dalam menyempurnakan AD/ART tersebut sesuai masukan dan saran dari para peserta yang hadir secara offline dan online. Pembahasan menghasilkan kesepakatan tim formatur yang mewakili unsur penasehat ketua KK-WUNA, dan 9 anggota formatur lainnya yang mewakili unsur fatoghoerano (4 ghoera/ 4 pilar wilayah otonom di kabupaten Muna dimasa lampau, wakil dari kalangan akademisi dan tokoh masyarakat).

Salah satu peserta Musda yang hadir, Muhammad A, sangat bersyukur dengan kehadiran lembaga adat dan budaya Muna ini dan berharap agar lembaga adat ini mengambil alih peran dan posisi dari KK-Wuna yang selama ini pengurusnya sudah tidak aktif, dapat memperkuat silaturrahim lintas daerah, nasional dan internasional serta mampu melestarikan budaya terkhusus pelestarian bahasa Muna yang selama ini semakin kurang diminati oleh generasi milenial.

“Semoga budaya dan adat Muna semakin lestari dengan adanya lembaga ini,” harapnya.(ema)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Close