Pilkades, Momen Pendidikan Politik yang Tepat bagi Masyarakat Muna

Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak Kabupaten Muna yang tinggal menghitung hari lagi, saat ini menjadi perbincangan yang hangat dan menarik untuk dibahas dikalangan masyarakat pada umumnya.
Pilkades merupakan salah satu bentuk pesta demokrasi yang begitu merakyat. Pada moment pemilu tingkat desa ini masyarakat akan menentukan calon pemimpinnya selama enam tahun ke depan.
Banyak bentuk pesta demokrasi yang digelar dalam kehidupan politik kita sekarang, tetapi tidak semenarik Pilkades yang begitu terasa dekat, hal ini dikarenakan begitu adanya keterkaitan antara calon, panitia dan pemilih itu sendiri.
Sehingga, suhu politik gelaran pilkades sering kali lebih terasa dan menegangkan dibanding pemilu-pemilu yang lain.
Para bakal calon biasanya sudah banyak dikenal oleh setiap anggota masyarakat yang akan memilih. Namun demikian sosialisasi program atau visi misi sering kali tidak dijadikan sebagai media kampanye atau pendidikan politik yang baik.
Melainkan kedekatan pribadilah yang sering kali banyak dipakai oleh masyarakat untuk menentukan pilihannya. Di sini unsur nepotisme masih begitu kental membudaya.
Hubungan baik dalam berbagai posisi juga banyak dijadikan sebagai unsur penentuan hak pilih. Demikian juga dengan unsur Money politik yang sering dijadikan iming-iming dorongan dalam pemilihan.
Sehingga, pada moment Pilkades inilah pendidikan politik sangat perlu untuk dikembangkan. Sebab, kerelaan berkorban dan tanpa mengharapkan segala bentuk janji merupakan bagian dari perjuangan untuk penghapusan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) untuk kemajuan Bangsa dan Negara.
Kalau budaya money di tingkat desa saja bisa dikikis, tentu di tingkat yang lebih ataspun akan dapat diwujudkan dan proses pemilihan pelaksana pemerintahan yang jujur dan adil akan menjadi hal yang pasti.
Karena Pilkades merupakan bagian dari pesta demokrasi yang tinggi akan partisipasi masyarakat. Sehingga gesekannya juga sangat tinggi bahkan sampai menyeramkan dikalangan masyarakat, yang awalnya dekat seperti halnya saudara kemudian karena perbedaan dukungan atau jagoan sehingga hubungan yang dulunya akrab kini menjadi renggang.
Untuk itu, menjelang Pilkades tahun 2022 ini, kita sebagai Masyarakat yang akan menjadi peserta pemilih untuk lebih jeli dan cerdas dalam memilih calon. Mengedepankan kapabilitas atau kemampuan calon dalam pengelolaan pemerintahan desa. Karena, suara kita hari ini akan menentukan masa depan desa kita enam tahun ke depan.
Tetap menjadi pemilih yang cerdas tanpa mengedepankan ego apalagi sampai melepas hubungan persaudaraan hanya karena perbedaan dukungan atau jagoan.
Seperti halnya kata orang tua kita terdahulu yang kemudian hari ini dijadikan sebagai salah satu senjata kita untuk pendidikan perpolitikan pada anak cucu kita yaitu ‘kampung adalah prioritas dibanding diri sendiri'”
Penulis: Husni (Pemuda Pemerhati Desa)