PENDIDIKAN

Mahasiswa PSPPA UHO Sosialisasi Pemanfaatan dan Penanganan Bulu Babi di SMAN 1 Soropia


Konawe, OborSejahtera.com – Mahasiswa PSPPA Angkatan X Universitas Halu Oleo menyelenggarakan sosialisasi mengenai peningkatan pemahaman terkait pemanfaatan dan penanganan bulu babi di SMA Negeri 1 Soropia, tepatnya di Desa Soropia, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Sabtu (14/10/2023).

Mahasiswa PSPPA terdiri dari 6 orang yaitu, Hardianto, S. Farm, Sazya Riskadini Puspita, S. Farm, Asnur Alimasi, S. Farm, Fadilah Dwi Syafitri, S. Farm, Wa Ode Rizky Ayu Ningsih, S. Farm, dan Muni Fathuzzahra, S. Farm dibawah bimbingan  Dr. Mesi Leorita, S. Si., M. Sc., Apt. dan Fadhliyah Malik, S. Farm., M. Farm., Apt.

Sosialisasi yang bertemakan “Upaya Meningkatkan Pemahaman Terkait Pemanfaatan dan Penanganan Bulu Babi Pada Pelajar di Desa Soropia, Kecamatan Soropia” ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman remaja di tingkat Sekolah Menengah Atas tentang pemanfaatan bulu babi dan penanganan yang tepat saat terkena bulu babi.

Edukasi mengenai pemanfaatan dan penanganan bulu babi perlu dilakukan khususnya pada remaja untuk mencegah eksploitasi bulu babi yang berlebihan yang dapat mengganggu keseimbangan antara alga dan karang. Selain itu,  untuk mencegah terapi yang kurang tepat ketika terkena duri bulu babi dan penanganan awal saat terkena bulu babi.

Bulu babi merupakan hewan laut berbentuk bulat dan memiliki duri pada kulitnya yang dapat digerakkan. Bulu babi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Tripneustes gratilladan Diadema setosum. Jenis bulu babi Tripneustes gratillamemiliki duri kecil berwarna putih dan orange. Sedangkan Diadema setosum merupakan jenis bulu babi yang memiliki duri yang sangat panjang dan runcing serta tajam.

Jenis Diadema setosum merupakan jenis bulu babi yang jarang di konsumsi oleh masyarakat sehingga populasinya meningkat. Bulu babi yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan makanan yaitu dari genus Tripneustes. Peran bulu babi dari segi ekologis adalah sebagai pengontrol pertumbuhan populasi alga yang berada di perairandan juga dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran logam berat.

Dilihat segi ekonomis, gonad (telur) pada bulu babi dapat dijadikan sebagai bahan makanan yang bermanfaat bagi manusia contohnya yaitu produk nugget dan pembuatan bakso. Gonad yang dimiliki oleh bulu babi ternyata mengandung vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, kalsium, magnesium, asam lemak omega-3 dan omega-6 serta karbohidrat. Sedangkan cangkang bulu babi dapat dimanfaatkan sebagai antikanker, antitumor, dan antimikroba.

Selain mengandung banyak sekali manfaat duri buli babi juga mengandung racun yang menempel pada tubuhnya. Seseorang yang terkena duri bulu babi akan merasakan nyeri, kemerahan, pembengkakkan pada area yang terkena bulu, dan infeksi dengan luka yang berwarna hitam.

Jika tidak ditangani dengan baik, duri yang masuk dapat menyebabkan komplikasi seperti pembentukan jaringan granuloma, neuropati, penyakit sendi, dan bahkan kerusakan tulang. Selain itu, jika terkenal bulu babi yang termasuk jenis yang beracun, dapat menimbulkan gejala berupa rasa sakit yang menjalar, kelumpuhan, hipotensi, tuli, kesulitan bernapas, bahkan kematian.

Penanganan pertama terkena bulu babi adalah dengan mencabut bulu babi yang masih tersisa di kulit dengan menggunakan pinset, bila tersisa bulu babi yang menempel sedikit, maka dapat dilakukan tepukan atau pukulan ringan agar sisa bulu babi tersebut hancur.

Untuk terapi non farmakaloginya dapat dilakukan dengan merendam area sengatan dengan air hangat untuk membuat racun menjadi tidak aktif.Selain perendaman dengan air bisa juga dengan cuka, sari lemon, alkohol, atau larutan ammonia.Pemberian medikamentosa seperti anti tetanus, antibiotik, dan obat-obatan simptomatik dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien. pemberian terapi simptomatik berupa oba-obatt untuk mengurangi keluhan nyeri seperti asam mefenamate, sertaobat untuk menangani keluhan bengkak yakni obat-obat golongan steroid.

Obat-obatan tersebut tidak diberikan secara rutin, melainkan menyesuaikan dengan keluhan pasien. Selain itu, pasien juga diberikanantibiotik lini pertama yang disarankanjika terjadi luka dan  infeksi pada luka, untuk diberikan kepada pasien ialah sefalosporin generasi pertama atau klindamisin yang dikombinasi dengan florokuinolon atau tetrasiklin. Pasien disarankan untuk kontrol lukanya setiap 2 – 3 hari untuk mencegah infeksi lokal.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Close