Sepenggal Harapan Pemuda-Pemudi Desa Sungkung Wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia
Kalbar, OborSejahtera.com – Sungkung adalah nama sebuah daerah di Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat sekaligus nama salah satu suku rumpun Dayak Bidayuh, daerah yang hingga kini masih terisolir dan terpencil, terletak di ujung batas negara Indonesia yang berbatasan dengan negara Malaysia.
Komunitas Jaga Batas Negara (KJBN) , Masyarakat Peduli Perbatasan Indonesia (MPPI) dan Pemuda Pemudi Sungkung melakukan sosialisasi antisipasi Covid-19 dengan membagikan masker, vitamin dan menyerahkan peralatan olahraga kepada warga masyarakat Sungkung di lapangan volli dusun Senebeh I Desa Sungkung I, pada Selasa-Rabu (21-22/12/2021).
Akses jalan yang masih belum memadai menjadi salah satu penyebab utama daerah Sungkung ini sangat susah untuk di jangkau, salah satu alternatif jalan yang harus dilalui adalah melewati pegunungan dan hutan tua dari batas terakhir jalan poros yang sedang dibangun negara saat ini yang baru sampai di daerah Badat/Kapot memerlukan waktu hampir 12 jam untuk sampai ke desa Sungkung.
Ketua tim sosialisasi, M Ahmat mengatakan “Kami datang ke Sungkung untuk menjalin silaturahmi dengan warga masyarakat, tokoh adat, tokoh masyarakat Sungkung agar dapat melihat secara langsung bagaimana kehidupan teman-teman disini, meskipun dalam kondisi terisolir dari dunia luar namun semangat kebangsaan tak pernah luput dari setiap jiwa masyarakat, ini yang membuat kami kagum,”.
Lanjut Ahmat, mereka tak pernah menyerah akan hidup, selalu berusaha menembus batasan-batasan yang ada, salah satu yang paling nyata adalah meskipun tidak ada jalan yang memadai mereka tetap dapat menjalankan hidup selama berpuluh-puluh tahun disini.
Sementara itu, salah seorang tokoh muda di Sungkung, Koyos mengatakan sangat senang dengan kehadiran tim sosialisasi.
“Saya mewakili pemuda-pemudi di Sungkung ini sangat senang dengan kehadiran teman-teman, walau medan sangat berat mereka mau hadir disini, melihat kehidupan kami. Inilah kami orang-orang perbatasan yang sangat mencintai negara Indonesia, kami setia sampai akhir hayat walaupun perhatian pemerintah disini kami rasa sangat kurang,” ujar Koyos.
Dengan nada sedih Koyos berharap agar pemerintah Indonesia dapat membuat jalan yang layak dilalui masyarakat desa Sungkung.
“Kami mendambakan jalan yang layak dilalui motor saja, agar harga barang tidak menjadi mahal, sekarang harga sekeping paracetamol saja bisa sampai Rp.20.000, semen harganya Rp.350.000 – Rp.400.000 tergantung mereknya, kami untuk mengeluarkan sahang (lada) harus pakai ojek motor perkilo ongkosnya Rp.6.000,” tutur Koyos dengan penuh harap.
Pak Bales, Kepala Adat setempat berkata, “Selamat datang kawan-kawan di Sungkung, jangan lupa ya, setiap bulan enam (Juni-red) kami mengadakan acara adat Nyobeng sebagai ungkapan syukur kami kepada Tuhan yang telah memberi kami hidup dan kehidupan, harus datang kembali kesini ya, ajak teman ramai-ramai,” undangnya.(Jn)
Editor: Rabiah