Dialog Multipihak ADS, Deputi II Staf Presiden: Optimalisasi, Kolaborasi dan Sinkronisasi Dalam Penetapan Kebijakan Pemberdayaan Anak Muda
Kendari, OborSejahtera.com – Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020 -2030, yaitu melimpahnya usia produktif 15-60 tahun mencapai angka sekitar 205 juta jiwa. Dampak positifnya adalah sumberdaya muda dalam pembangunan nasional melimpah, namun sisi negatifnya adalah sumberdaya muda yang dimiliki berkualitas rendah sehingga dapat memperbesar angka pengangguran muda. Dari Jurnal ketenagakerjaan Vol.14 No.1 Edisi Januari-Juni 2019; ISSN 1907-6096, menyebutkan bahwa persentase pemuda wirausaha di Sulawesi Tenggara sebesar 0.34% dengan tingkat pengangguran sebesar 12.91%.
Menyikapi hal tersebut, Aliansi untuk Desa Sejahtera (ADS) menggelar dialog multipihak dalam rangka mempersiapkan anak muda diera digitalisasi, bertempat di Swissbell hotel Kendari, Selasa (28/9/2021).
Deputi II Kantor Staf Presiden Abetnego Panca Putra Tarigan, SE, M.Si sebagai pembicara pertama memaparkan tentang Kebijakan Nasional Pemberdayaan Anak Muda di Era Bonus Demografi, menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi bangsa yang tidak konsisten dengan pertumbuhan pembangunan manusia sehingga menempatkan Indonesia dalam posisi yang kurang menguntungkan.
“Makin tahun porsi anak muda makin besar. Sebagai catatan, Sultra merupakan provinsi yang rendah indeks pembangunan pemudanya, sehingga kedepan pemerintah secara strategis diharapkan dapat menempatkan pemuda dan peran pemuda dalam pembangunan dengan pelayanan pendidikan setara dan berkualitas sehingga menghasilkan tenaga kerja produktif,” papar Abetnego.
Menurut Abetnego, banyak program yang diluncurkan ke daerah baik melalui sekolah maupun balai latihan kerja. Pemerintah pusat menyiapkan berbagai macam program dengan dukungan pendanaan baik melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) maupun program-program yang langsung didanai oleh pemerintah pusat. Semuanya digerakkan agar institusi pendidikan dan pelatihan di daerah bisa menciptakan sumberdaya yang berkualitas dan ddapat menjawab permintaan industri serta dunia usaha.
“Perlunya optimalisasi didalam musyawarah untuk meletakkan kepentingan antar sektor yang saling mendukung dalam pencapaian program pembangunan daerah. Kolaborasi dan sinkronisasi antar sektor yang saling beririsan program harus didudukan bersama dengan melihat arah pembangunan daerah serta peluang yang ada. Pemerintah pusat sangat mengapresiasi kepada pemerintah daerah yang memprogramkan program-program unggulan sehingga anak muda yang mengikuti pendidikan dan pelatihan mampu berkompetisi didunia usaha maupun didunia kerja,” terang Abetnego.
Era digital membuka ruang kepada anak muda untuk setara dengan daerah lain yang lebih maju. Abetnego berharap, Sulawesi Tenggara sebagai daerah berkembang dibidang jasa dan industri dapat memanfaatkan bonus demografi dengan sebaik-baiknya, karena Sultra memiliki anak muda yang cukup banyak sehingga mereka dapat berkontribusi positif dalam membangun Sulawesi Tenggara dengan baik melalui dunia usaha ataupun bekerja atau terlibat di sektor-sektor lainnya.(rabiah)